Dieng Plateau Area ; 8 - 10 Oktober 2010 ( Catatan Perjalanan )

1 comment
Dalam blog ini, aku ingin berbagi tentang berbagai perjalanan yang telah ku lalui, baik sendiri maupun bersama teman-temanku tersayang. Belum lama memang aku mengenal dunia Travelling, Maret 2010, merupakan awal dari serangkaian cerita yang layak untuk diceritakan. Rasanya belum pantas aku menasbihkan diri sebagai seorang backpacker, namun dari setiap perjalanan yang dilalui, aku berusaha untuk selalu menganut asas "lebih murah" dan "berbagi".

Aku ingin berbagi tentang perjalanan ke Dieng akhir Oktober 2010 kemarin, aku pilih Dieng sebagai awal cerita, karena perjalanan itu adalah perjalanan paling baru yang ku tempuh.

Dieng, dataran tinggi yang diapit oleh Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing ini memang menawarkan sejuta pesona kepada para pengunjung. Memiliki ketinggian lebih dari 2.000 meter diatas permukaan laut, Dieng merupakan tempat nyaman bagi mereka penyuka udara dingin dan kegiatan luar ruang.

Berkat ijin-Nya dan berbekal informasi dari berbagai catatan perjalanan di Kaskus/blog, maka kami sepakat untuk berangkat mengunjungi Dieng pada Jumat, 8 Oktober 2010.

Jumat, 8 Oktober 2010

Sesuai waktu dan tempat yang telah disepakati,berkumpullah kami di Terminal Bus Rawamangun pukul 18.30 WIB,untuk selanjutnya menuju Wonosobo – Jawa Tengah menggunakan Bus Malino Putera. Menurut catatan TS,peserta yang akan melakukan perjalanan kali ini berjumlah 8 orang yang berangkat melalui jalur dan menggunakan kendaraan yang berbeda-beda. 5 orang berangkat dari Rawamangun menggunakan bus, 2 orang berangkat dari Bandung menggunakan bus dan 1 orang juga berangkat dari Bandung dengan mengendarai sepeda motor.

Hujan deras yang mengguyur ibu kota sejak sore itu sempat membuat kami khawatir apakah semua peserta bisa datang tepat waktu di Rawamangun, maklum Jakarta gan...apalagi hari itu hari Jumat + hujan deras. Sekitar jam 17:30 ada kabar klo peserta dari Bekasi masih terjebak macet di Bekasi, Namun kekhawatiran kami pupus setelah melihat agan @bjouz tiba di terminal Rawamangun. Sebelumnya telah tiba pula 4 peserta lainnya, yaitu ane @budakkulon, agan @dadidadidadi, agan @kikihidayat24 dan agan @taftaro.

Pukul 19.15 WIB, Bus pun meninggalkan Terminal Rawamangun

(catatan : Setelah keluar Terminal Bus Rawamangun, bus Malino Putera tidak langsung berangkat menuju Wonosobo, mereka berhenti terlebih dahulu di Pool mereka di depan Pulogadung Trade Center ( PTC ), ini memakan waktu yang cukup lama. Dan dalam perjalanan, bus akan berhenti sekali untuk istirahat dan makan di daerah Cirebon)

Sabtu, 9 Oktober 2010

Pukul 06.00 WIB :Tiba di Wonosobo, kami turun di daerah Plaza Wonosobo,dan berjumpa dengan 2 orang peserta lain yang berasal dari Bandung. Agan @ducks2000 dan agan @Kallama telah tiba 1 jam lebih dulu dari kami, mereka berangkat dari Bandung dengan menggunakan Bus Budiman.

(catatan : Di daerah sekitar Plaza (tempat bus menurunkan penumpang) terdapat 2 toilet kecil yang cukup bersih dan nyaman, agan – aganwati bisa tanya langsung arahnya kepada para pedagang di sana. Cocok untuk meeting point)

Pukul 07.00 WIB : Dengan berjalan kaki, kami menuju depan RSU Setjonegoro. Jarak dari Plaza dan RS ini tidak terlalu jauh, sekitar 500 meter jadi enakan jalan kaki. Dari RSU kami menaiki Bus Mikro menuju Dieng.Tarif Wonosobo - Dieng sebesar Rp. 10.000,-

suasana dalam bis kecil jurusan Wonosobo - Dieng
Namun tujuan kami tidak langsung menuju Dieng, kami mampir di Kawasan Agrowisata Tambi. Jarak dari jalan raya menuju pabrik teh Tambi sebenarnya hanya 800 meter, namun 800 meter tersebut harus kita lalui dengan mayoritas jalan menanjak. Maka, kami putuskan untuk menggunakan jasa ojek dengan tarif Rp. 3.000,- sekali jalan.

Di jalan menuju Tambi ini kami bertemu dengan 1 peserta yang menggunakan motor yaitu agan @caniggia. Lengkap sudah semua pesertanya yaitu 8 orang.

Jalan menuju Tambi

Tambi

Perkebunan teh Tambi

Perkebunan teh Tambi

Pabrik teh Tambi terbuka untuk umum,untuk masuk dan melihat proses pembuatan teh, setiap pengunjung di kenakan biaya Rp. 25.000,- s.d Rp. 105.000,- per orang dengan minimum peserta 10 s.d 20 orang, dan dengan durasi selama 2 s.d 5 jam.

Karena lamanya durasi tersebut, maka kami putuskan untuk tidak masuk ke dalam pabrik, kami hanya berkeliling di perkebunan teh seputar pabrik dan menikmati suasana alam yang sungguh luar biasa pagi itu.

Pukul 10.00 WIB :Tiba di Dieng, sempurna, suasana dan iklim yang kami dapati, sesuai dengan angan sebagian besar dari kami. Iklim sejuk cenderung dingin, pegunungan yang mengelilingi kawasan Dieng, hamparan hijau perkebunan warga, keramahan warga sekitar dan tentu saja...penginapan Bu Jono.

Penginapan Bu Jono
Pukul 11.00 WIB : Setelah beristirahat dan sarapan, kami pun bersiap untuk menjelajahi keindahan kawasan Dieng. Kami menggunakan mobil pick up dengan sopir merangkap guide mas Purwanto untuk berkeliling, dingin luar biasa. Mendung mengancam saat itu, namun dengan optimis dan penuh harap kepada Yang Maha Kuasa, kami tetap jelajahi Dieng dengan riang.

Objek pertama yang kami kunjungi adalah Sumur Jalatunda,mitos seputar sumur ini adalah barangsiapa yang bisa melempar batu melewati sumur sebanyak 3 kali,maka keinginannya akan terkabul...wallahualam.

Batu untuk melempar sudah disediakan oleh warga yang mungkin memang berprofesi sebagai penyedia batu, stok batunya banyak gan...hihi. Ada salah satu dari kami yang mencoba untuk melempar batu ke seberang sumur,sayang tidak berhasil. Dan ketika kami tanya berapa kami harus bayar untuk batu-batu tersebut, warga tersebut hanya senyum simpul. Ya sudah,kami pun memberi uang seiklasnya.

Sumur Jalatunda
Suasana sekitar sumur Jalatunda

Perjalanan dilanjutkan menuju Kawah Candradimuka. Jalan menuju kawah Candradimuka menanjak dan berbatu,membuat rombongan terguncang-guncang di atas pick up, dan untuk keselamatan, kami akhirnya turun dari mobil dan melanjutkan dengan jalan kaki.

Dari kawah Candradimuka kami melanjutkan ke kawah Sileri.

Dari kawah Sileri kami istirahat untuk sholat dan selanjutnya menuju ke Telaga Merdada.

Jika hari Minggu,pengunjung Telaga Merdada dapat berkeliling telaga dengan menggunakan perahu yang di kelola oleh warga sekitar.

Setelah puas di Telaga Merdada,kami menuju Telaga Warna untuk sekalian beristirahat dan makan siang di sana. Di kawasan Telaga Warna,terdapat komplek goa yang memiliki sejarah masing-masing,komplek goa ini masih difungsikan oleh sebagian warga untuk ritual-ritual tertentu hingga saat ini.

Selesai makan siang sekitar pukul 15:30 perjalanan kami lanjutkan ke Kawah Sikidang.
 
Pukul 18.00 WIB :Tiba di Penginapan, makan malam dan istirahat.

Foto-foto perjalanan hari pertama :






Minggu, 10 Oktober 2010

Pukul 04.00 WIB : Kami telah siap untuk memburu sunrise di Bukit Cikunir, setelah solat subuh, mobil pun mengantar kami ke batas awal pendakian Bukit Cikunir. Sayang aku tidak bisa gabung dalam perjalanan hari ini dikarenakan sakit. Namun jangan khawatir kawan, cerita akan terus berlanjut.....Dua puluh menit berkendara di pagi buta menembus udara dingin menuju Cikunir sungguh menyenangkan. Tiga puluh menit jalan kaki mendaki membuat nafas ngos-ngosan, semuanya demi sunrise Cikunir.

Setelah puas menyaksikan sunrise dari Cikunir maka rombongan pun meneruskan perjalanan ke Komplek Candi Arjuna dan candi Gatotkaca. Luar biasa keindahan di lokasi ini, taman yang tertata rapih, sinergis dengan pemandangan pegunungan dan letak candi yang apik.

Selesai dari komplek candi Arjuna,maka perjalanan diteruskan ke DPT (Dieng Plateau Theater). Di DPT ini kami bisa menyaksikan pemutaran film dokumenter berdurasi 20 menit yang bercerita tentang Dieng.

Keluar dari gedung DPT kami mencicipi gorengan kentang dan keripik jamur...mantabs. Beruntung juga kami bertemu dengan seorang anak rambut gimbal/ gembel yang merupakan warga asli Dieng. Banyak cerita spiritual beredar di masyarakat tentang keunikan anak gimbal Dieng, masyarakat Dieng beranggapan rambut gimbal tidak dapat dipotong begitu saja karena seorang anak yang berambut gimbal merupakan keturunan leluhur atau pepunden Dieng, ada juga cerita yang mengatakan bahwa rambut gimbal dianggap sebagai "Balak" atau ”membawa musibah”.

Tradisi masyarakat Dieng mengharuskan seorang anak yang berambut gimbal dan telah berumur 7 tahun melakukan ruwatan cukur gimbal. Tujuannya agar "Balak" yang ditimbulkannya sirna. Ruwatan Cukur Rambut Gimbal akan dilangsungkan setelah si anak mengajukan permintaan kepada orang tuanya, biasanya permintaan ini sulit untuk dipenuhi. Menurut kepercayaan Masyarakat,permintaan tersebut harus dipenuhi karena bila tidak si anak akan sakit-sakitan bahkan bisa berujung pada musibah...wallahualam.

Ketika akan pulang dari DPT, kami mendapat informasi bahwa telaga warna dapat diintip dari atas bukit dekat di dekat DPT, maka kami pun naik ke atas bukit walau susah juga mencapainya.

Setelah puas mengabadikan semua keindahan tersebut kami balik ke penginapan.

Pukul 10.30 WIB : Rombongan kembali ke penginapan, makan siang dan berkemas untuk kembali ke Jakarta

Pukul 11.45 WIB : Bersama Mas Purwanto dan pick up putihnya kami pun pulang menuju Wonosobo. Kami pamit kepada segala kenangan Dieng yang terukir indah di hati kami masing-masing.

Dalam perjalanan pulang, kami berhenti di Gardu Pandang, salah satu sudut terbaik untuk melihat kawasan Dieng dari atas.

Pukul 14.30 WIB : Tiba di Kota Wonosobo, jelas yang kami buru pertama di kota ini adalah makanan khasnya yang sudah melegenda di kalangan traveller, ya...Mie Ongklok!!

Mamamia...lezat nian mie ini,dipadu dengan harum dan manisnya sate sapi.

Setelah puas dengan mie ongklok, kami menghabiskan waktu dengan mencicipi es dawet Banjarnegara di Alun-alun kota Wonosobo,sebelumnya kami sempatkan mampir di Masjid Jami Wonosobo untuk beribadah. Sayang agan @caniggia tidak dapat bergabung karena pulang duluan dengan sepeda motornya.

Pukul 16.00 WIB : Tiba di Terminal Wonosobo,tim pun berpisah sambil tak lupa membawa oleh-oleh berupa Carica yang katanya khas Dieng, 4 orang kembali ke Jakarta dengan Bus Malino Putera, 2 orang ke Bandung dan 1 orang ke Semarang.

Dieng penuh kenangan,semoga kelak Tuhan mengijinkan kami untuk kembali menghirup udara pagi yang segar dari puncak bukit Cikunir,amin.

Catatan pengeluaran ( diluar biaya makan pribadi )
1. Bus Malino Putera – Bisnis AC (Rawamangun – Wonosobo) Rp.76.000,-
2. Bus Mikro Wonosobo – Dieng Rp.  10.000,-
3. Ojek Perkebunan Teh Tambi (PP) @ Rp. 3.000,- Rp. 6.000,-
4. Penginapan Bu Jono Rp. 150.000 : 4 orang = @ Rp. 37.500,- Rp. 37.500,-
5. Carter mobil 2 hari Rp. 550.000 : 8 orang = @ Rp. 68.750,- Rp. 68.750,-
6. Tiket masuk terusan seluruh objek wisata Rp. 21.500,-
7. Bus Malino Putera – Eksekutif AC (Wonosobo – Pulogadung) Rp. 90.000,-
-----------------
TOTAL      Rp. 309.750,- 

Semoga bermanfaat, terima kasih.


Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

1 komentar

  1. Mas boleh tahu no hp. untuk sewa pick upnya???

    Trimaksih'yaaa bantuanya, rencana maret nanti pinginkesana'dehhh

    BalasHapus