Waisak 2556 B.E/ 2012

1 comment
Ajakan untuk kembali ke Jogja dari seorang kawan tiba, gak lama setelah aku ganti DP BBM dengan foto diri di depan stasiun Jogja. Agak ragu awalnya, mengingat yaa....baru juga dari Jogja, tapi berhubungan sudah lama gak jalan bareng keluarga yang ini, aku pun mengiyakan ajakan itu.


Jogja, aku kembali....bersama mereka yang aku sayangi, teman-teman terbaik dalam kehidupan :)

Jumat 4 Mei 2012 malam
Kami pun sudah bersiap di Stasiun Senen, trauma akan masa lalu ketika seorang sahabat ketinggalan kereta saat nge-trip ke Sempu masih membekas, namun kekhawatiran sirna takkala satu persatu mereka datang hingga akhirnya jumlah kami lengkap sesuai tiket yang ada.

Stasiun Pasar Senen kini sudah jauh lebih baik, petugas mengecek dengan seksama tiket masuk penumpang, bagi mereka yang memang tidak memiliki tiket, tidak dapat masuk ke dalam peron. Ini berimbas pada kenyamanan penumpang yang sudah lebih baik. Dan tidak berapa lama Kereta Api Ekonomi AC Bogowonto bergerak maju, perlahan meninggalkan Stasiun Pasar Senen untuk menunaikan tugasnya mengantar para penumpang menuju Stasiun Tugu - Jogjakarta.

Kereta api Bogowonto adalah rangkaian kereta api ekonomi yang pada awalnya melayani relasi Jakarta Pasar Senen - Kutoarjo. KA Bogowonto diresmikan pertama kali pada hari Jumat, 3 September 2010 dan merupakan KA ekonomi pertama di Indonesia yang dilengkapi dengan fasilitas pendingin udara (AC). Namun seiring peningkatan pelayanan kepada pengguna KA, maka mulai 1 Maret 2012 KA Bogowonto rutenya diperpanjang hingga Yogyakarta. KA Bogowonto ini berangkat dari Pasarsenen menuju Yogyakarta malam pagi hari pukul 18.40, dan pukul 07.30 dari Yogyakarta menuju Jakarta (Pasarsenen). KA ini memakai rangkaian gerbong pesanan Menteri Perhubungan.

Sepanjang perjalanan, KA Bogowonto berhenti normal di Stasiun Wates, Stasiun Kutoarjo, Stasiun Kebumen, Stasiun Gombong, Stasiun Kroya, Stasiun Purwokerto, Stasiun Bumiayu,Stasiun Prupuk,Stasiun Cirebonprujakan, Stasiun Bekasi, dan Stasiun Jatinegara. Namun bisa saja berhenti di stasiun-stasiun lain bila akan mengalami persilangan dengan KA lain (sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kereta_api_Bogowonto)

Kebetulan malam itu kereta cukup kosong, sehingga memang sangat nyaman selama perjalanan.

Sabtu, 5 Mei 2012
Pukul 5.00 kami sudah tiba di Stasiun Tugu - Jogjakarta, istirahat sejenak dan sebagaian dari kami melaksanakan sholat Subuh. Matahari pun perlahan muncul, dingin dan berkabut tipis kota Jogja pagi itu, di luar stasiun kerabat dari salah satu teman kami sudah menjemput, ada dua mobil, dan dua mobil inilah yang akan mengantar kami selama di Jogja.

Tujuan pertama kami adalah rumah teman kami tersebut, terletak di daerah kaki gunung merapi dan sangat menyenangkan di sana, rumah sederhana yang dikelilingi oleh sawah dan kehidupan bersahaja masyarakat pedesaan, lumayan....bisa sebagai relaksasi penghilang penat. Namun sebelum tiba disana kami mampir ke warung Gudeg Mbarek Ibu Hj. Amad yang terletak di belakang kampus UGM untuk sarapan.




Warung Gudeg Mbarek
Pemandangan sekitar rumah teman kami @theorangefloat :)


Pagi hari itu kami habiskan dengan bersenda gurau dengan ditemani oleh teh manis dan aneka kue khas Jogja, sambil menyusun rencana untuk mengisi trip hari ini. Setelah lama mencari dan berdiskusi, akhirnya kami putuskan untuk 'maen air' di Goa Pindul.

Cukup jauh lokasi Goa Pindul ini dari daerah rumah teman kami ini, Goa Pindul terletak di Desa Beji, kecamatan Karang mojo, Kabupaten Gunungkidul. Dari kota Jogja sendiri, untuk menuju Goa Pindul akan memakan waktu 1 - 1,5 jam. Goa Pindul masih dikelola secara swadaya oleh masyarakat setempat, kalau tidak salah terdapat 2 (dua) operator untuk mengeksplore wanaha yang ada di goa pindul ini, yaitu Wirawisata dan Dewa Bejo.

Sebelum Cave Tubing di Goa Pindul


Gua Pindul memiliki panjang sekitar 350 m, lebar hingga 5 m, jarak permukaan air dengan atap gua 4 m, dan kedalaman air sekitar 5-12 m. Goa ini memiliki 3 zona. zona terang, zona remang, dan zona gelap. waktu tempuh sekitar 45 menit.

Cavetubing hampir sama dengan rafting. Jika rafting (arung jeram) adalah kegiatan menyusuri aliran sungai dengan menggunakan perahu, maka cavetubing adalah kegiatan menyusuri gua menggunakan ban dalam. Karena aliran air di Gua Pindul ini tenang maka melakukan cavetubing di Gua Pindul ini juga bisa dilakukan oleh pemula maupun anak kecil bahkan wanita hamil pernah.


Ditengah Gua, ada sebuah ruangan yang agak besar, dengan lubang diatasnya yang warga setempat menyebut sumur terbalik, sinar matahari yang masuk melalui lubang ini membuat suasana semakin indah. Lubang diatas gua inilah dimana seringkali  digunakan sebagai jalan masuk vertikal oleh anggota TIM SAR atau latihan.

Saat anda melakukan susur gua di Gua Pindul ini, anda akan menemukan sebuah stalagtit yang sudah menyatu dengan stalagmit sehingga tampak seperti sebuah pilar dengan ukuran lebar lima rentangan tangan orang dewasa(Soko Guru).


Stalaktit ini merupakan terbesar di Goa Pindul dan mempunyai peringkat no 4 di dunia. Stalagtit putting yg masih aktif siap menanti anda dengan tetesan airnya yang konon bisa bikin cantik n’ awet muda, bagi yg lelaki untuk menambah vitalitas telah ditunggu stalagtit jantan, anda cukup memegang aja udah terasa bedannya…tenane’ lek…. Bagi adik-adik di zona terang bisa berenang, lompat indah sambil lihat ikan cukup besar yg memamerkan keindahan tubuhnya.Ada juga Stalagmit dan stalagtit yang menyatu, menjadi yang terbesar ke-4 di dunia, butuh 5 orang untuk melingkarinya, bahkan celahnya hanya cukup dilewati satu orang saja. Besar ditengah-tengah Goa yang katanya sebagai tiang Goa.Keindahan semakin lengkap dengan adanya ornamen disepanjang dinding Goa seperti mahakarya lukisan abstrak yang tak ternilai. Mata kristal Kelelawar bergelantungan menghiasi lorong goa. Terdapat tirai juga yang tersusun dari tetesan air didinding Goa. (sumber : http://wirawisata.blogspot.com/2012/01/cave-tubing-pindul.html )


Minggu, 6 Mei 2012
Pagi-pagi kami sudah berangkat menuju Candi Mendut, tampat di mana detik-detik perayaan Waisak akan diadakan. Sampai di Mendut sudah banyak orang berkumpul, penuh sekali pengunjung yang datang hari itu, mereka berbaur dengan warga sekitar yang juga ingin menyaksikan detik-detik perayaan Waisak, salah satu kegiatan utama bagi para pemeluk agama Buddha.

Ini pertama kalinya saya turut larut dalam perayaan Waisak, namun jujur, kesan pertama ini tidaklah begitu baik buat saya, entah mengapa saya sedikit kecewa dengan pengunjung yang hadir memadati pelataran Candi Mendut. Kehadiran pengunjung (entah itu warga sekitar, fotografer, traveller, dan lain-lain) yang tanpa tata krama menyebabkan perayaan detik-detik Waisak berlangsung kurang khitmad. Belum lagi suara anak kecil menangis dan pedagang es krim yang tidak mematikan pengeras suaranya membikin suasana tambah riuh, panitia di sisi panggung utama tampak sibuk mengatur para pengunjung dengan aneka jenis kamera yang mendekat untuk mengambil foto. Saya tidak tahu, apakah setiap tahun seperti ini ataukah hanya tahun ini saja??

Namun secara keseluruhan, acara peringatan detik-detik Waisak di Candi Mendut berjalan lancar dan sukses, di tengah hiruk pikuk tadi para pendeta (saya tidak tahu umat Buddha menyebutnya apa) tetap khusyuk melantunkan doa-doa.










Setelah selesai segala ritual di Candi Mendut, peserta perayaan Waisak bersiap untuk melakukan karnaval dengan berjalan kaki dari Candi Mendut ke Candi Borobudur, kami beristirahat sebentar di luar pelataran Candi Mendut, dan di saat istirahat itu saya lihat banyak pedagang burung-burung kecil yang ternyata banyak diantara umat Buddha yang membeli burung-burung tersebut untuk dilepaskan :)




Dan setelah beristirahat sejenak kami pun pergi menuju Borobudur, ini yang menarik, karena ketidaktahuan kami semua akan jarak pasti dari Mendut ke Borobudur, jadilah kami berjalan kaki di siang bolong yang terik itu. Padahal banyak tukang ojek dan delman yang menawarkan jasanya dengan harga yang relatif murah. Yaaaahhhh.....kami hanya bisa tertawa jika mengingat keluguan kami hari itu :)

Beberapa jam kemudian, iring-iringan pawai pun menyusul, hujan yang mengguyur tidak mengurangi semangat peserta pawai, kebhinekaan menjadi elok dalam kesatuan langkah menyusuri jalur Mendut - Borobudur.







Kami pun menunggu malam di kedai kopi di pinggir pelataran Borobudur, banyak diantara kami yang tertidur karena lelah.

Malam menjelang, mungkin inilah acara dari rangkaian kegiatan Waisak yang paling ditunggu oleh orang banyak, karena menurut informasi, akan ada pelepasan ratusan lampion yang akan menghiasi langit malam Borobudur.

Hujan rintik masih belum reda, namun Borobudur sudah dipadati ratusan orang dari berbagai latar belakang tujuan, puluhan tripod dan lensa pun sudah terpasang, bersiap untuk kegiatan malam itu.





 











Berdasarkan perhitungan kalender, Waisak tahun depan jatuh di hari sabtu. Artinya bisa diprediksi pengunjung yang datang akan melebihi jumlah pengunjung pada tahun ini. Semoga panitia tahun depan akan bisa lebih mengantisipasi hal ini, dan pengunjung yang datang pun akan lebih menghargai setiap detail perayaan keagamaan ini :)


Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

1 komentar