Penat karena beban pekerjaan yang memberat satu bulan terakhir di penghujung tahun 2010 silam, merangsang hasrat `nge-trip` semakin menjadi. Tanpa teman, tanpa perencanaan yang matang, dan tanpa estimasi biaya yang rinci, saya putuskan untuk pergi menjauh dari Jakarta, dan Kota Solo adalah tujuan saya. 2 hari di Solo, 2 hari di Jogja (tanggal 7 Desember ambil cuti) seakan menjadi rencana yang sempurna.

Gak ada alasan khusus bagi saya untuk memilih pergi ke Solo, saya cuma ingin pergi ke tempat yang cukup tenang dan aman jika berpergian sendirian, karena ini juga merupakan kali pertama saya `nge-trip` sendirian.

Kamis, 2 Desember 2010 
Sore itu saya ikut antrian tiket kereta di Stasiun Senen untuk keberangkatan esok harinya. Sayang, tiket Senja Utama Solo yang jadi sasaran sudah habis saat saya masih berada ditengah-tengah antrian. Tiket ekonomi dan Argo masih banyak, tapi karena saya ingin jalan dengan santai dan murah, akhirnya saya pilih untk naek bis saja. Dan Alhamdulillah, kamis malam saya akhirnya dapet tiket bis tujuan Solo untuk keberangkatan keberangkatan jam 8 malam :)

Jumat, 3 Desember 2010
Sesuai jadwal, begitu bubaran kantor, saya langsung menumpang ojeg untuk menuju pool bis di daerah Pulo Gadung. Harap-harap cemas karena ternyata bis yang akan saya tumpangi menuju Solo bukanlah bis resmi sesuai tiket. Melainkan bis `omprengan` yang biasa mengangkut penumpang-penumpang yang gak kebagian bis hadeehhhh. Bisnya sih cukup nyaman, hanya rasa was-was dan kesal tidak bisa dipungkiri. Pukul 20.00 WIB berangkatlah saya dan penumpang lainnya menuju Terminal Bis Tirtonadi – Solo.

Sabtu, 4 Desember 2010
Yup, rasa was-was pun terbukti sudah, jam 12.00 siang kami baru tiba di Terminal bis Tirtonadi. 6 jam lebih lambat dari perjalanan normal bis Jakarta – Solo. Oke, segala rencana yang disusun selama perjalanan Jakarta – Solo harus berubah total. Keadaan makin parah ketika di jalan saya dapat kabar bahwa saya gak dapet ijin untuk cuti karena beberapa pekerjaan yang deadline. Aaargghhhh…..akan seperti apa trip kali ini ??

Dari tirtonadi saya sempatkan mampir di Stasiun Solo Balapan untuk makan siang dan beli tiket pulang (takut kehabisan seperti kemarin hehehe…).

Tiket pulang sudah ditangan, saatnya jelajah Solo hehehehe....Tujuan pertama saya adalah Keraton Solo, dan dari sini saya baru tahu kalau Solo memiliki 2 Keraton, yaitu Keraton Kasunanan dan Pura Mangkunagaraan.

Becak yang saya tumpangi dari Stasiun Solo Balapan mengantar saya ke Pura Mangkunegaraan, Rp. 7.000,- dari Solo Balapan ke Pura Mangkunegaraan. Saat hendak masuk setelah beli tiket seharga Rp. 5.000,- saya diharuskan menggunakan jasa pemandu (guide) dengan biaya tambahan. Jelas saya menolak, dan sempat berdebat lama disini sampai akhirnya saya batalkan masuk ke dalam Pura Mangkunegaraan.

Akhirnya dengan berjalan kaki, saya susuri Jl. Slamet Riyadi yang merupakan pusat kota Solo. Benar ternyata informasi yang saya dapat selama ini bahwa pedestrasi di Jl. Slamet Riyadi sangatlah nyaman, karena trotoarnya lebar dan rata juga rindang pepohonan.
Patung Slamet Riyadi

Tertarik dengan sebuah shelter bus kecil (mirip shelter transjakarta di Jakarta namun sangat kecil), saya coba masuk dan duduk didalamnya, berbincang dengan orang yang kebetulan juga ada disana, dijelaskan bahwa ternyata shelter itu adalah shelter Mikro Bus Batik Solo Trans (BST), yang memiliki konsep hampir sama dengan transjakarta. Hanya karena mungkin baru masa percobaan, karcis/tiket bus ini di beli diatas bus, tidak di shelter. Rp. 3000,- untuk sekali naek BST.

Kebetulan ada BST lewat saat itu, tanpa tujuan, saya pun ikut naik BST tersebut, nyaman, namun benar2 kecil, mungkin 15 – 20 orang saja yang bisa terangkut. Dari shelter Jl. Slamet Riyadi, saya turun di shelter Bank Indonesia, dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menuju Keraton Kasunanan. 






Siang hari sekitar jam 2, hujan mengguyur Koto Solo, untung saya sudah berada di Keraton Kasunanan, untuk masuk museum keraton Kasunanan, diharuskan membayar tiket seharga Rp. 8.000,- dan ternyata sama dengan Keraton Mangkunegaraan, di Keraton Kasunanan pun harus menggunakan pemandu, beruntung saat itu ada 3 orang ibu-ibu yang juga akan masuk ke museum, hehhehe...saya `mbonceng` aja ke mereka (tanpa sepengetahuan siapa-siapa tentunya). Setelah di dalam, saya memisahkan diri dari ibu-ibu tersebut.

Beberapa aturan Keraton yang harus diperhatikan adalah tidak boleh memakai sendal/sepatu sendal, sendal/sepatu sendal bisa dititipkan disana dan kita masuk ke keraton dengan bertelanjang kaki. Lalu dilarang juga menggunakan celana pendek.

Hujan belum sepenuhnya reda, namun saya tetap memaksakan diri untuk meninggalkan keraton dan menuju Masjid Agung Surakarta, selain untuk ibadah sholat Ashar, di mesjid saya juga mandi dan barganti pakaian yang lebih kering.


Setelah sholat, sambil menunggu hujan reda, saya berbincang dengan jemaah lain yang juga menunggu hujan reda, dari mereka saya tahu kalau Masjid Agung Surakarta juga bisa di-inapi, cukup menitipkan KTP kepada keamanan masjid dan kita bisa ijin untuk bermalam disana, ada ruangan khusus untuk mereka yang menginap, hanya saja, tak ada yang bisa menjamin keamanan barang-barang bawaan kita.

saya meninggalkan Masjid Agung Surakarta sekitar jam 4 sore, tujuan pertama ialah mencari penginapan di daerah Jl. Slamet Riyadi. Syukur saya tidak susah mencari penginapan di Jl. Slamer Riyadi, banyak penginapan kelas melati yang bertebaran di gang-gang sepanjang Jl. Slamet Riyadi ini, dan harga untuk penginapan yang saya inapi pun cukup menyenangkan. Mulai Rp. 32.000,- sampai Rp. 95.000,-. Hehehhe...andai berombongan pasti share kamarnya jauh lebih murah lagi nih.

Malam harinya saya mencari makan malam di daerah Gladag Langen Bogan, tempat ini terkenal sebagai tempat wisata kuliner kota Solo. Agak sepi malam itu, mungkin karena masih sore dan masih agak gerimis.

Sepanjang Jl. Slamet Riyadi pun, akan banyak kita jumpai penjual Serabi Solo dan Sate Ayam Madura. Serabi @ Rp. 1.000,- saja dan untuk sate ayam berkisar Rp. 8.000,- sampai Rp. 15.000,- / porsi (tanpa nasi).

Minggu, 5 Desember 2010
Saya check out dari penginapan sekitar jam 6.30 pagi, tujuan hari ini adalah daerah wisata Tawangmangu, begitu keluar dari penginapan, tampak puluhan warga kota Solo sedang berolahraga. Rupanya, setiap hari minggu, Jl. Slamet Riyadi ditutup untuk kendaraan bermotor (car free day).



Dengan menggunakan becak, saya menuju terminal bis Tirtonadi dan minta turun di pintu timur terminal.

Tidak berapa lama, keluar bis Langsung Jaya jurusan Solo – Tawangmangu. Tarif bis Solo – Tawangmangu adalah Rp. 7.000,- lama perjalanan kurang lebih 1,5 – 2 jam. Di beberapa titik, bis akan berhenti (ngetem) lama.

Jam 8 pagi, saya tiba di terminal Tamangmangu, segar sekali udara di sini. Tujuan pertama di Tawangmangu ini adalah Grojogan Sewu. Sebetulnya ada angkutan kota (penduduk sekitar menyebutnya `colt`) yang lewat ke Grojogan Sewu, hanya kita harus menunggu sampai mobil tersebut penuh, baru sopirnya mau berangkat. Maka ketika ada yang menawarkan untuk langsung berangkat dengan tarif Rp. 15.000,- (nawarin awalnya Rp.30.000,-) (tarif normal Rp. 3.000,-) saya langsung mengiyakan, mengingat waktu saya yang sedikit karena harus mengejar kereta pukul 18.00.

15 menit kemudian saya sudah di Grojogan Sewu, tiket masuk seharga Rp. 6.000,-. Jangan kaget, banyak sekali yang menyambut kita di sini, ada tukang sate kelinci, tukang kacang, tukang kuda dan kudanya, hingga hewan penunggu Grojogan Sewu.....Monyet :)







Selesai dari Grojogan Sewu, inginnya ke Candi Ceto dan Candi Sukuh, tapi tidak tau harus naek apa, saya pun berjalan menuju arah jalan besar, berharap ada angkutan untuk menuju ke-2 candi tersebut.

Di tengah jalan ada yang nawarin untuk naek motor ke Candi Sukuh, tawar menawar, sepakat Rp. 40.000,- untuk antar saya sampai Candi Sukuh. Begitu motornya dikeluarkan......Masya Allah, motornya adalah motor matic kecil, saya jadi ragu, apa iya bakal kuat nanjak? Mengingat bobot saya yang lumayan besar (sadar diri hehehhe)

Setelah diyakinkan orangnya, akhirnya berangkatlah kami, dan ternyata benar saja, motor kecil itu pun berhenti di tengah tanjakan yang memang sangat curam. Akhirnya saya di oper ke tukang ojek setempat bernama Mas Heri yang motornya lebih besar. Orang dengan motor kecil tersebut hanya minta Rp. 15.000,- dan untuk selanjutnya saya dan Mas Heri sepakat dengan tarif Rp. 15.000,- untuk antar saya ke Candi Sukuh dan kembali ke jalan raya dimana bis Tawangmangu – Solo lewat.(malah jadi lebih murah hehehhe... :ngakak :ngakak)


Sekitar jam 11 siang, dengan ojeg tersebut saya diantar menuju jalan raya, inginnya mampir ke Ceto, tapi karena jarak, cuaca dan waktu yang tidak memungkinkan, keinginan tersebut urung terlaksana. Namun Mas Heri yang baik hati ini tidak langsung mengantar saya menuju jalan raya, tapi di-mampirkan dulu di Grojogan Jumog. Kita masuk lewat pintu belakang, artinya gratis, Mas Heri rupanya kenal dengan para petugasnya.


Cukup satu jam saja di Grojogan Jumog, sekitar jam 12 siang hujan turun sangat deras, untung saya sempat masuk ke bis Langsung Jaya jurusan Tawangmangu – Solo.

Dua jam perjalanan menuju terminal Tirtonadi, jam 2-an saya tiba di sana, saya tidak tahu lagi apa dan kemana saya harus pergi. Inginnya mampir ke Pasar Klewer atau Kampung Batik Kauman, tapi hujan sangat deras dan saya sudah sangat lelah. Akhirnya saya langsung saja menuju Stasiun Solo Balapan dan menunggu hingga sore menjelang.

Pukul 18.00 Kereta Senja Utama Solo pun meninggalkan stasiun Solo Balapan dan dijadwalkan tiba di Stasiun Pasar Senen pukul 3.49 keesokan harinya, terima kasih Mas Heri, terima kasih Solo, kelak aku kan kembali untuk merangkai kisah perjalanan yang terputus.



Catatan pengeluaran ( diluar biaya makan pribadi ) :
1. Bis Jakarta – Solo Rp. 130.000,-
2. Becak Solo Balapan – Pura Mangkunegaraan Rp. 7.000,-
3. Tiket Masuk Museum Keraton Kesunanan Rp. 8.000,-
4. Penginapan Jl. Slamet Riyadi Rp. 40.000,-
5. Bis Solo – Tawangmangu Rp. 7.000,-
6. Colt Tawangmangu – Grojogan Sewu Rp. 15.000,-
7. Tiket Grojogan Sewu Rp. 6.000,-
9. Ojeg Grojogan Sewu – Sukuh – Grojogan Jumog Rp. 30.000,-
10. Tiket Sukuh Rp. 6.000,-
11. Bis Tawangmangu – Solo Rp. 7.000,-
12. Tiket Kereta Api Senja Utama Solo Rp. 150.000,-
_______________
Total Rp. 406.000,-

NB :Sangat dianjurkan untuk mengunjungi Tawangmangu secara berombongan, biar bisa sewa colt untuk keliling-keliling.

Semoga bermanfaat

Tulisan ini juga telah di publish di www.kaskus.co.id

Continue Reading...