Poster Kelana Kota Tua |
Bukannya aku tega, tapi memang Bapaknya tidak mau gantian dibonceng. Dia menyuruhku untuk duduk tenang di boncengan belakang sepeda onthelnya, dia bilang dia sudah terbiasa membawa beban puluhan kilo dengan sepeda tua itu. Aku menuruti saja kemauannya, padahal jantung ini berdegup kencang saat si Bapak beberapa kali oleng tidak bisa mengendalikan beban sepedanya. Begitu pula saat dia bermanuver meliuk-liuk atau berbelok arah secara tiba-tiba di depan truk-truk besar yang melintasi jalan raya. Aku hanya duduk diam, berdoa dan pasrah di jok belakang sepeda onthel tua berwarna abu-abu kelam tersebut.