Jelajah Kampung Arab Pekojan Bersama Traveller Kaskus

6 comments
 
Foto bersama seusai kegiatan | Sumber foto : Traveller Kaskus



Bulan puasa bukanlah hambatan untuk melakukan sebuah kegiatan travelling, kita hanya butuh sedikit kreativitas untuk mensiasati agar dapat tetap melakukan travelling di bulan puasa. Seperti kegiatan yang diadakan oleh kengkawan dari Traveller Kaskus pada hari Minggu 6 Juli 2014 yang lalu, Traveller Kaskus mengadakan kegiatan yang bertajuk "Traveller Berbagi : Jelajah Kampung Arab", ini adalah sebuah kegiatan ngabuburit yang para pesertanya diajak untuk menjelajahi kampung arab di daerah Pekojan, Jakarta Utara. Tidak hanya menjelajah, kegiatan ini pun dipadukan dengan talkshow tentang travelling dari para pembicara yang yahud dan tentu saja kegiatan berbuka puasa bersama.


Hujan yang mengguyur kota Jakarta sejak siang tidak menjadi halangan berarti bagi para peserta, terbukti sejak pukul 13.00 para peserta sudah hadir di lokasi acara yang diadakan di ruang auditorium Museum Bank Mandiri, Kota Tua, Jakarta. Selain peserta, nampak pula para pembicara talkshow yang nantinya akan berbagi cerita tentang pengalaman travelling mereka di bulan puasa. Para pembicara tersebut adalah Erliza (@erlizanuzuliar) dari @hijabspeak, lalu ada pula managing editor Majalah Travel Panorama dan Get Lost, mas Yudasmoro (@wordstraveler / yudasmoro.net), dan terakhir adalah mba Windy Ariestanty (@windyariestanty) penulis buku "Life Traveller".

Poster Kegiatan

Kali ini aku hadir di acaranya Traveller Kaskus bukan sebagai peserta, melainkan sebagai volunteer dari Bookpacker Indonesia (@BookpackerIndo) yang pada kegiatan itu membuka dropbox untuk menampung sumbangan buku-buku layak baca dari para peserta, sumbangan buku-buku tersebut kelak akan disalurkan kepada anak-anak bangsa di pelosok negeri, ini sesuai dengan tujuan pembentukan Bookpacker Indonesia yang diharapkan dapat menjadi sebuah gerakan untuk mengantarkan buku kepada anak-anak Indonesia. Melalui Bookpacker Indonesia kita diajak untuk peduli terhadap pendidikan anak-anak Indonesia dengan `menyebarkan` pengetahuan kepada mereka yang jauh di sana. Gerakan ini dilakukan dengan berbekal donasi berupa uang atau buku layak baca dari para donatur yang nantinya donasi tersebut akan disebarkan di tempat-tempat yang volunteer Bookpacker Indonesia kunjungi saat melakukan travelling.

Aku tidak sendirian hari itu, aku 'bertugas' bersama @sutristia atau yang biasa dipanggil Tia, seorang volunteer asal Bandung yang sekarang menetap dan bekerja di Jakarta. Satu jam sebelum acara kami sudah di lokasi, tidak lama kemudian banner imut identitas Bookpacker Indonesia sudah terpasang, dropbox cantik kreasi Tia yang dia bawa-bawa dari Kelapa Gading ke Kota dengan menggunakan bus TransJakarta pun sudah terpajang. Satu persatu peserta datang dan banyak diantara mereka yang membawa buku untuk didonasikan, senangnya hati melihat kebaikan yang tersaji, terbayang kebahagian sang bocah yang akan menerima buku donasi tersebut. Terima kasih banyak wahai kalian para insan berhati mulia. Semoga Tuhan selalu melindungi dan merahmati orang-orang seperti kalian.


Stand Bookpacker Indonesia ditandai dengan banner imut itu

Dropbox cantik kreasi Tia sudah dipenuhi buku-buku donasi para donatur
Suasana talkshow

Setelah istirahat solat Ashar, para peserta bersiap untuk memulai jelajah kampung Arab. Mereka dibagi ke dalam tiga kelompok yang masing-masing didampingi oleh seorang pemandu, kegiatan ini pun diliput oleh media, nampak jurnalis dari NET TV dan Koran Sindo yang bergabung dengan kelompok 1. Selain itu, turut ikut juga dalam kegiatan jelajah ini adik-adik dari House of Dream dan Gubuk IPPA Rawamalang. Aku dan Tia yang awalnya berada disana hanya untuk menjaga dropbox Bookpacker Indonesia, tanpa diduga diajak untuk ikutan Jelajah oleh teman-teman Traveller Kaskus. Ajakan itu tentu saja kami iyakan dengan gembira, bagiku, menjelajahi atau mendatangi tempat-tempat seperti kampung Arab Pekojan ini, dan mengenal situs-situs peninggalan sejarah yang ada didalamnya adalah sesuatu yang sulit dilakukan jika seorang diri. Untuk itu aku memuji ide atau gagasan teman-teman dari Traveller Kaskus yang mengadakan kegiatan seperti Jalajah Kampung Arab di Pekojan ini.

Tempat pertama yang kami singgahi adalah pelataran Museum Bank Indonesia, Aryo (@aryoBsaleh), pemandu kami menerangkan bahwa dulunya gedung yang kini dimiliki oleh Bank Indonesia dan dijadikan museum itu adalah sebuah rumah sakit. Dahulu, jika ada yang wafat di rumah sakit tersebut dan akan dimakamkan, maka jenazahnya akan dibawa menuju taman pemakaman umum Karet dengan menggunakan rakit menyusuri sungai yang berada dibelakang gedung.

Singgah di halaman depan Museum Bank Indonesia
Bagian belakang gedung Museum Bank Indonesia,
sungai yang dulu memiliki peran sangat penting kini tidak jelas bentuknya

Dari Museum Bank Indonesia kami pun melanjutkan perjalanan, dalam perjalanan kami sempat berhenti di beberapa tempat yang memiliki peranan penting dalam perjalanan sejarah kota Jakarta. Antara lain Gedung Escompto Bank, Gedung Charter Bank, Jalan Roa Malaka, Jalan Tiang Bendera, Pasar Pagi Lama, dan Jalan Pejagalan. Hingga akhirnya kami tiba di Masjid Al-Anshor, masjid yang konon merupakan masjid tertua di Jakarta itu dibangun sekitar tahun 1648 dan terletak di sebuah gang kecil di Jl. Pengukiran II, pembangunan masjid ini tidak lepas dari peran warga muslim arab dan india yang dulu banyak menetap di lingkungan sekitar masjid.

Kawasan Kota Tua, Jakarta

Kawasan Kota Tua, Jakarta

Kawasan Kota Tua, Jakarta

Aryo memberikan panduan kepada para peserta

Kawasan Kota Tua, Jakarta

Kawasan Kota Tua, Jakarta

Kawasan Kota Tua, Jakarta

Kawasan Kota Tua, Jakarta

Kawasan Kota Tua, Jakarta

Sebuah gedung tua di Jl. Melaka

Pasar pagi

Panduan Aryo untuk para peserta

Memasuki kawasan Jl. Pengukiran II

Masjid berikutnya yang kami kunjungi adalah masjid Ar-Raudoh, masjid yang dibangun khusus untuk jemaah perempuan ini nampak terawat dengan baik. Walaupun diperuntukkan untuk perempuan, bukan berarti jemaah pria tidak bisa beribadah di masjid ini. Jemaah pria bisa melakukan ibadah di masjid ini, namun hanya untuk solat 5 waktu saja. Keunikan lain dari masjid ini adalah didalamnya terdapat mata air yang tidak pernah kering walaupun musim kemarau panjang melanda.

Dari Masjid Ar-Raudoh kami melanjutkan perjalanan ke Masjid An-Nawier, masjid tua ini memiliki menara setinggi 17 meter yang bentuk menaranya mirip bangunan mercusuar. Selain itu, menurut informasi yang aku dapatkan, pilar-pilar yang ada didalam masjid berjumlah 33 buah, sama banyaknya dengan jumlah butiran tasbih. Terdapat lima buah pintu lengkung di sisi barat masjid yang melambangkan jumlah rukun Islam, dan ada enam pintu lengkung di sisi lainnya yang melambangkan jumlah rukun Iman.

Pintu masuk Masjid An-Nawier

Masjid selanjutnya yang juga merupakan persinggahan terakhir kami dalam Jalajah kampung Arab ini adalah Langgar Tinggi, masjid yang terletak tidak terlalu jauh dari masjid An-Nawier ini berada di sebuah bangunan dua lantai, lantai paling atas digunakan untuk masjid sedangkan lantai bawah digunakan sebagai pertokoan yang menjual barang-barang khas arab seperti pakaian gamis dan minyak wangi. Pada papan nama masjid yang ada di atas pintu masuk, tertulis bahwa masjid Langgar Tinggi ini didirikan pada tahun 1829.

(Untuk tulisan dan foto-foto seputar Masjid An-Nawier dan Langgar Tinggi, aku sangat merekomendasikan tulisannya mas @aroengbinang tentang Masjid Jami AnNawier Pekojan Jakarta dan Langgar Tinggi Pekojan Jakarta)



Pintu/ tangga menuju bagian Masjid Langgar Tinggi | Sumber foto : Traveller Kaskus


Pose kakak-kakak Traveller Kaskus :)

Waktu berbuka tiba saat kami masih berada di Langgar Tinggi, setelah berbuka puasa kami semua menuju ke Museum Bank Mandiri. Nasi kebuli sudah menanti kami di Museum Bank Mandiri, perjalanan menjelajahi kampung arab pekojan hari itu ditutup dengan makan bersama dan pembagian aneka hadiah menarik dari Traveller Kaskus.


Salah satu atraksi menari oleh adik dari House of Dream dan Gubuk IPPA Rawamalang

Adik-adik House of Dream dan Gubuk IPPA Rawamalang tertib mengantri makanan yang dibagikan
               

                       Liputan kegiatan Jelajah Kampung Arab pada Program Indonesia Morning Show NET.


Tidak ada kata lain yang tepat untuk mengakhiri kisah indah yang terukir hari ini, selain Alhamdulillah. Terima kasih Traveller kaskus, terima kasih Bookpacker Indonesia, terima kasih para donatur, dan terima kasih Tuhan.

-Jakarta, 6 Juli 2014-



Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

6 komentar

  1. waah ada kak suci, udah lama ga jalan ama traveler kaskus terakhir jalan pas ke jogja
    eh itu pasar pagi letaknya dmana mas? bangunannya mirip kelenteng yg besar

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hallo mas Dede, terima kasih sudah mampir di blog saya.

      Aduh, saya agak bingung menjelaskan letaknya mas, soalnya menuju kesana kita kemarin jalan kaki dan belok-belok gitu. Yang pasti itu sudah di kawasan pekojan sih, kalo kata pemandunya, itu cikal bakal pasar pagi asemka :)

      Hapus
  2. Nah kalau ini kampung arab pekojan yang di jakarta :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha....iya mba Mei, sama-sama pekojannya :D

      Hapus
  3. Keren nih, semoga tambah kompak saja kak.......

    BalasHapus