Terima Kasih Jawa Tengah

11 comments

Sunset di Karimun Jawa, 2010


Menuliskan ini seakan membuatku bernostalgia dengan pengalaman serta kenangan manisku di Jawa Tengah, provinsi yang beribu kota di Semarang ini cukup berkesan buatku, di provinsi inilah aku mengenal dunia travelling dalam arti yang sesungguhnya. Travelling dimana aku bisa memutuskan sendiri kemana dan dengan siapa aku berpergian, bukan travelling ala seorang anak yang diajak berlibur oleh orang tuanya.


Maret 2010 adalah awal segalanya, saat itu aku bersama puluhan orang lainnya melakukan perjalanan ke Taman Nasional Karimun Jawa di Kabupatan Jepara, Jawa Tengah. Aku gembira bukan kepalang, tidak menyangka bahwa akhirnya aku bisa jalan-jalan ke daerah yang belum pernah aku kunjungi dengan orang-orang yang baru aku kenal.

Kebahagiaan yang aku dapat di Karimun Jawa berbekas sangat dalam, memantik hasrat untuk kembali melakukan sebuah perjalanan. Maka beberapa bulan setelah kembali dari Karimun Jawa aku pun melakukan perjalanan lainnya. Perjalanan yang membuat aku mengenal siapa diriku dan bagaimana gaya travellingterbaikku.

Kota Solo akan selalu menjadi kenangan, karena di kota inilah aku pertama kali melakukan perjalanan seorang diri (solo travelling). Tidak ada alasan khusus mengapa aku memilih kota Solo sebagai tujuan, saat itu yang ada dalam pikiranku adalah aku harus segera pergi sebagai upaya untuk melarikan diri dari rutinitas pekerjaan.  Kota Solo yang mudah diakses oleh transportasi umum dari Jakarta menjadi salah satu alasanku memilih pergi ke Kota Solo.

Seperti sebagian besar wisatawan yang mengunjungi Kota Solo, Keraton Kasunanan dan Pura Mangkunagaraan menjadi lokasi pertama yang aku kunjungi saat itu. Sayang, karena keharusan untuk menggunakan jasa pemandu dan adanya biaya tambahan untuk hal tersebut, aku tidak jadi masuk ke dalam Pura Mangkunegaraan dan memutuskan untuk pergi ke Keraton Kasunanan.

Dengan menggunakan Batik Trans Solo (BTS) yang saat itu belum lama ada di Kota Solo, aku menuju Keraton Kasunanan. Aku turun di shelter Bank Indonesia dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menuju Keraton Kasunanan. Ternyata sama dengan di Pura Mangkunegaraan, di Keraton Kasunanan pun aku diharuskan menggunakan pemandu untuk bisa masuk ke dalam komplek keraton. Kali ini aku mengalah, aku berfikir jika aku kembali menolak maka akan sedikit sia-sia perjalananku. Tidak ada pengetahuan maupun pengalaman baru yang aku dapat di kota Solo.

Keraton Kasunanan Surakarta

Halaman Keraton Kasunanan Yang Asri

Menara di Keraton Kasunanan Surakarta

Keraton Kasunanan Surakarta

Saat malam, tempat yeng direkomendaikan banyak orang kala itu adalah Gladag Langen Bogan (Galabo) yang terletak di depan Beteng Trade Center (BTC) dan Pusat Grosir Solo (PGS).  Galabo adalah sebuah jalan raya yang disulap menjadi pusat kuliner kota Solo di malam hari. Aku lihat banyak pedagang yang menjual makanan khas Solo di Galabo. Sayang sekali aku bukanlah seorang pemburu ataupun penikmat kuliner. Bagiku makanan hanya ada dua jenis, makanan yang enak dan makanan yang enak banget. Maka saat aku hanya bisa menikmati seporsi timlo hangat malam itu, aku sudah sangat puas.

Air Terjun dan Candi di Kabupaten Karanganyar

Matahari belum bersinar sempurna, namun suasana di terminal Tirtonadi sudah sangat ramai. Pagi itu aku akan melanjutkan perjalanan ke daerah Tawangmangu di Kabupaten Karanganyar. Kabupaten Karanganyar adalah kabupaten yang berbatasan langsung dengan Kota Solo. Jarak tempuh Solo-Tawangmangu sekitar 2 jam perjalanan dengan menggunakan bus umum.

Seorang teman bercerita bahwa terdapat sebuah air terjun cantik di Tawangmangu, namanya adalah Grojogan Sewu. Untuk menuju lokasi air terjun tersebut, dari terminal Tawangmangun aku menggunakan angkutan kota yang oleh penduduk sekitar disebut `colt`.

Hawa dingin, bau pohon pinus khas daerah pegunungan dan ratusan kera liar menyapa saat aku tiba di Grojogan Sewu. Selain itu, aku pun melihat banyak sekali pedagang sate kelinci dan jasa penyewaan kuda wisata di gerbang masuk air terjun Grojogan Sewu. Waspadalah dengan kera-kera liar di Grojogan Sewu, jika lengah maka barang bawaan anda bisa berpindah tangan.

Kera-Kera Liar Menyambut Pengunjung di Grojogan Sewu

Pedagang Sate Kelinci di Grojogan Sewu

Matahari Pagi Menyapa Air Terjun Grojogan Sewu

Tangga Batu Menuju Air Terjun Grojogan Sewu

Kurang Lebih 1.250 Anak Tangga Harus Dilalui

Keluar dari Grojogan Sewu, dengan menggunakan jasa ojek motor aku pergi ke Candi Sukuh. Candi Sukuh merupakan candi Hindu yang didirikan sekitar abad ke-15, salah satu keunikan candi ini adalah adanya objek pemujaan lingga dan yoni yang melambangkan alat kelamin pria dan wanita atau dalam pengertian lebih luas dianggap sebagai perlambang kesuburan (asal mula manusia). Beberapa artikel pernah menuliskan bahwa bentuk arsitektur Candi Sukuh mirip dengan piramida suku maya di benua Amerika.

Gerbang Masuk Candi Sukuh

Bentuk Candi Sukuh Konon Mirip Piramida Suku Maya


Cuaca hujan cukup menjadi kendala saat aku hendak pulang dari Candi Sukuh. Beberapa kali aku dan abang ojek meneduh sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan kala hujan reda.  Awalnya kami akan menuju Candi Cetho yang terletak tidak jauh dari Candi Sukuh. Namun cuaca hujan dan waktu yang terlalu sore membuat aku membatalkan niat tersebut dan memilih untuk kembali ke Kota Solo.

Itulah catatan kecil tentang langkah dan kenangan yang tertinggal dari Jawa Tengah. Hari ini Minggu tertanggal 5 April 2015 dengan segala keterbatasan daya ingat aku menuliskannya untuk
Blog Competition #TravelNBlog 3.

Terima kasih, Jawa Tengah!


Menikmati Senja di Atas Senja Utama Solo, 2010

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba blog “Blog Competition #TravelNBlog 3“ yang diselenggarakan oleh @TravelNBlogID.

Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

11 komentar

  1. Sunsetnya karimun jawa sempurna Mas, begitu membekasnya ya Jawa Tengah. Kadang terima kasih tidak cukup, karena begitu luasnya kesan yang diberikan. Good luck mas! :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, termasuk pertemuan kita di Semarang beberapa waktu yang lalu. Membekas. #cieeee

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. wah keren nih, ada grojogan sewu segala yak, pengen ke solo dan menikmati keratonnya, tapi belom kesampaian :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga akan segera tiba waktu buat mas Salman Faris jalan-jalan ke Solo, amin =)

      Hapus
  4. Wah aku malah belum pernah ke Candi Sukuh mz.

    BalasHapus
  5. Tahun 2006 aku sempet trauma di kejar monyet di grojokan sewu, ngos2an bikin jantungan #Sial

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pada naksir kali, om.... hahahahhaha

      Tapi serius, monyet-monyet di sana memang garang =)

      Hapus
  6. welcome to surakarta mas, nyari blogger surakarta malah keblasuk kesini saya:), salam kenal mas adi (nama kita sama adi hehe)..ditunggu kunjungan baliknya :) blogger nubi harus banyak belajar nih..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, sama-sama mas. Terima kasih juga sudah `nyasar` ke blog saya hehehehe

      Untuk blogger Surakarta mungkin bisa baca-baca blognya mas Halim di http://jejak-bocahilang.com/author/jejakbocahilang/ atau mba Yus Mei di https://usemayjourney.wordpress.com/ :D

      Hapus