Cerita Naik Angkot di Kota Bogor

22 comments
Foto bersama peserta Walking Tour di depan gerbang Istana Bogor |
Sumber foto: Heben Ezer

Aku tersenyum getir sesaat setelah selesai membaca tulisan pada blog mimithpunyacerita.blogspot.com yang berjudul "Kota Bogor Sekarang Punya Peta Rute Angkot,Loh!". Bagaimana tidak, tulisan tentang diluncurkannya fasilitas baru berupa peta rute angkot di Kota Bogor yang dapat diakses secara cetak maupun digital ini terbit tidak lama setelah aku dan tiga orang teman dikerjai oleh angkot di Kota Bogor.

Hari itu adalah hari Sabtu yang cerah, akhir pekan terakhir sebelum memasuki bulan suci Ramadhan. Aku diajak oleh Suci Tembangraras untuk ikut sebuah kegiatan walking tour di Kota Bogor bersama beberapa orang yang belakangan aku tahu berprofesi sebagai pemandu wisata. Selain aku, Suci juga ternyata mengajak Mumun Indohoy dan Windy Ariestanty untuk ikutan kegiatan tersebut. Maka semakin serulah perjalanan kali ini yang banyak mengunjungi tempat-tempat bersejarah di Kota Bogor.

Pagi-pagi kami sudah berkumpul di Stasiun Bogor, aku sempat was-was akan terlambat karena kereta komuter yang aku tumpangi tertahan akibat padam listrik di stasiun Manggarai. Namun akhirnya aku tiba tepat waktu, rupanya banyak juga peserta yang bernasib sama sepertiku, terhambat perjalanannya saat menggunakan kereta komuter karena padam listrik di stasiun Manggarai.

Stasiun Bogor atau yang dulu bernama Stasiun Buitenzorg adalah stasiun bergaya neoklasik yang dibangun pada tahun 1872 oleh perusahaan perkeretaapian Belanda Staatsspoorwegen (SS) dengan tujuan untuk mempercepat dan memperlancar arus barang maupun manusia antara Bogor dan Jakarta (dulu Batavia). Sebelumnya, moda transportasi yang menghubungan kedua kota adalah kereta kuda yang memakan waktu cukup lama untuk mencapai tujuan dari Bogor ke Jakarta maupun sebaliknya. Pada tahun 1881, dibangun stasiun baru di lokasi yang sama karena jumlah penumpang yang menggunakan jasa kereta api melalui stasiun Bogor semakin meningkat.


Stasiun Bogor dibangun pada tahun 1872

Briefing awal peserta walking tour sebelum memulai perjalanan

Kereta komuter di Stasiun Bogor

Dahulu, didepan stasiun Bogor terdapat sebuah taman yang luas bernama Taman Wilhelmina atau Taman Kebon Kembang. Taman Wilhelmina beralih fungi menjadi terminal angkutan kota pada tahun 1970 dan kemudian beralih fungsi kembali menjadi taman dengan nama Taman Topi. Taman Topi merupakan salah satu kawasan komersil tersibuk di Kota Bogor yang didalamnya terdapat Taman Ade Irma Suryani dan Plaza Kapten Muslihat.

Stasiun Bogor menjadi titik awal walking tour yang kami ikuti, selanjutnya kami mengunjungi beberapa objek bangunan bersejarah di kota Bogor yaitu Gereja Kathedral, Balai Kota Bogor, Titik "0 KM" Kota Bogor, Hotel Salak, Sekolah Regina Pacis, Istana Bogor, mengunjungi pengrajin wayang golek Bapak Dase, melihat pohon unik yang tumbuh dihalaman sebuah hotel di Jl. Paledang, Museum Zoologi, sholat dzuhur dan berfoto di pintu 1 Kebun Raya Bogor dan tempat terakhir yang rombongan kami kunjungi sebelum berpisah adalah Klenteng Hok Tek Bio yang terletak di Jalan Suryakencana No. 1. 


Jembatan penyeberangan orang yang selalu ramai
di depan Stasiun Bogor


Komplek Gereja Katedral Bogor

Gereja Santa Perawan Maria, Kathedral Bogor

Kantor Walikota Bogor

Mumun dan Windy di titik "0 KM" Kota Bogor

Hotel Salak Bogor

Jalan kecil dan berliku menuju rumah Pak Dase

Pak Dase dan karya ciptanya


Pohon unik yang ada di halaman sebuah hotel di Jl. Paledang, Bogor

Foto bersama setelah istirahat di pintu 1 Kebun Raya Bogor |
Sumber foto: Heben Ezer


Klenteng Hok Tek Bio di Jalan Suryakencana No. 1, Bogor

Tampak depan Klenteng Hok Tek Bio di Jalan Suryakencana No. 1, Bogor

Singkat cerita, usai membeli oleh-oleh berupa makanan khas Kota Bogor dan menikmati lezatnya nasi hainan di kawasan Jalan Suryakencana, kami berempat memutuskan menggunakan angkot untuk kembali ke Stasiun Bogor. Hari yang kian sore dan perut kenyang serta kaki yang pegal setelah seharian berjalan kaki keliling kota bogor menjadi alasan utama kami menggunakan angkot untuk menuju Stasiun Bogor. Kami berharap dengan menggunakan angkot bisa lebih cepat sampai di stasiun dibandingkan jika kami berjalan kaki.

Aku duduk didepan, mendampingi pak sopir yang sedang bekerja. Sedangkan Suci, Mumun dan Windy duduk dibelakang bersama para penumpang lainnya. Angin sore Kota Bogor menyapa lewat jendela angkot yang terbuka, menggodaku untuk memejamkan mata walau sekejap. Tidak berapa lama aku terbangun, pak sopir yang menggendarai angkot dengan serampangan membuatku sedikit pusing dan mual. Saat aku terbangun kami sedang berada di sebuah jalanan komplek yang cukup ramai, hingga akhirnya kami bertemu dengan kemacetan yang ternyata cukup panjang, aku pun tertidur lagi. Saat aku terbangun untuk kedua kalinya ternyata kami belum lepas dari kemacetan. Rasa bosan mengundang kantuk yang cukup berat, aku pun tertidur lagi.

Selanjutnya terus menerus seperti itu. Bangun lalu tidur lagi, bangun lalu tidur lagi, tapi kami belum juga tiba di stasiun. Sepertinya hampir separuh Kota Bogor telah kami lalui bersama angkot ini dan diantaranya kami berjumpa dengan kemacetan. Kurang lebih 2 jam kami berada didalam angkot, kami tiba di Stasiun Bogor saat matahari nyaris hilang dari langit.
Harapan untuk tiba dengan cepat di stasiun Bogor sirna sudah.


Angkot Kota Bogor memadati jalan di sekitar Stasiun Bogor |
sumber foto disini

Duduk di jok depan yang terdapat mesin mobil dibawahnya dalam jangka waktu yang cukup lama membuat kepalaku ikut panas, mumet dan marah rasanya. Namun bersyukur amarah tidak berlangsung lama, berganti menjadi gelak tawa mengingat pengalaman konyol yang baru saja kami lalui. Aku, Suci, Mumun dan Windy bergegas menuju kereta Komuter yang akan mengantar kami pulang. Berharap bisa segera tiba dirumah untuk membasuh raga yang sangat lelah.

-Bogor, Jawa Barat, 13 Juni 2015-
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

22 komentar

  1. Balasan
    1. Aissshhhh sedapppp mainnya ke puncak hahahahha

      Gak mau ahh, dingin X)))

      Hapus
    2. biasanya orang gemuk kayak saya,
      bisa aja kok, mungkin kelebihan lemak kali yah. hahaha

      Hapus
    3. Jangan ngomongin lemak deh mas hahahha

      Hapus
  2. wah kapan ada walking tour lagi, pengen banget ikutan

    BalasHapus
  3. Adiiii....

    Hahahaha... pengalaman seru ga seru gitu ya? Lagi yuk? GA!

    BalasHapus
    Balasan
    1. HAhahahha...lain kali jalan kaki saja ya, kak :)

      Hapus
  4. Hwoooohh... itu foto barisan angkot-nya bikin ngerti kenapa Bogor disebut Kota Angkot :D

    BalasHapus
  5. aahhh aku kelewaatann acara inii, mau dong kakk yuk ke Bogor rame-rame lagii, pengeenn bangeett walking tour di Bogoorr *gandeng Kak uci jugaa*

    BalasHapus
    Balasan
    1. yuk ahh, kita bikin acara di Bogor :)

      Hapus
    2. mau ikutan klo ada. Soundingnya di twitter ya. Kapan lagi dibikinnya ya?

      Hapus
    3. Wah...belum tau nih mas Bobby. Nanti dikabari deh kalau ada lagi :)

      Hapus
  6. ngomongin naik angkot di bogor pernah nyasar di bogor

    BalasHapus
  7. Bogor memang mengasyikkan, ya! http://travel.grivy.com/h/i/124806131-asyiknya-berkebun-di-bogor

    Josefine Yaputri
    Content Writer & Editor
    PT. Grivy Dotcom
    P: +62(0)21 2960 8168
    Office 8 Tower, Floor 18A
    Jl. Jend Sudirman Kav. 52-53
    Jakarta Selatan, 12190, Indonesia

    BalasHapus
  8. inget banget dibohongi sama supir angkot karena aku gak bisa bahasa sunda. tujuan ke udiklat pln dari terminal naik angkot yg model elf gitu, masak 15rebu gemess

    BalasHapus
  9. Waaaah ada peta rute angkot? Keren. Semoga kota Bandung juga menirunya, membuat peta rute angkot supaya semua orang termasuk turis bisa membacanya. :D

    BalasHapus