Villa Nova: Dari Tempat Peristirahatan hingga Kisah Perlawanan

7 comments
Villa Nova pada masa kolonial | Foto diambil dari sini

Banyak diantara kita, warga Jakarta ataupun Depok terutama para pengguna jasa kereta komuter, yang mengenal suatu kawasan bernama Tanjung Barat. Namun saya yakin, tidak banyak diantara kita yang mengenal kawasan bernama Tanjung Timur.


Wajar, karena sudah sangat lama nama Tanjung Timur tidak lagi digunakan. Kini, kita ataupun aplikasi ojek dan taksi daring yang sering kita gunakan akan lebih mengenal kawasan Gedong atau bahkan Condet dibandingkan Tanjung Timur.

Tanjung Timur, atau dahulu sering disebut Tandjoeng Oost adalah kawasan yang berada di daerah Condet, Jakarta Timur. Kawasan ini termasuk salah satu kawasan tertua yang ada di Jakarta, dimana dahulunya terdapat banyak sekali masyarakat Betawi yang tinggal di kawasan tersebut.

Ada kisah dan jejak sejarah menarik yang tertinggal di Tandjoeng Oost, yaitu kisah tentang perlawanan masyarakat setempat terhadap kolonial dan kisah tentang sebuah bangunan indah dengan padang rumput hijau bernama Villa Nova.

Minggu 5 Maret 2017, saya mengikuti kegiatan bertajuk “Jelajah Kampung Betawi, Condet; Masih Ada” yang diadakan oleh sebuah komunitas bernama Ngopi Jakarta. Selain Tandjoeng Oost, hari itu kami juga mengunjungi kebun salak Condet, Goa Monyet dan Gang Kober, lalu mengunjungi rumah asli Betawi dan menikmati legitnya kue lopis serta berwisata kuliner di Festival Condet.

Puing-puing Villa Nova

Villa Nova dapat dikatakan sebagai ikon dari Tandjoeng Oost. Dahulu bangunan besar yang kini hanya tersisa reruntuhannya saja tersebut bernama Groeneveld, kurang lebih artinya adalah lapangan hijau. Bangunan ini awalnya milik seorang tuan tanah partikelir bernama Peter Van Der Velde, lalu Villa Nova dan kawasan Tandjoeng Oost berganti-ganti pemilik hingga mengalami masa kejayaan dengan melimpahnya hasil pertanian dan peternakan setelah dikelola oleh Daniel Cornelius Helvetius van Riemsdijk.

Hanya tembok itu yang tersisa dari Villa Nova | Foto milik Ngopi Jakarta, diambil dari sini

Reruntuhan Villa Nova di kawasan Condet, Jakarta Timur

Letak Villa Nova sangat strategis di timur Jakarta, sungai Ciliwung yang dahulu dijadikan salah satu akses transportasi dari Batavia (Jakarta) ke Buitenzorg (Bogor), maupun sebaliknya, mengalir dibelakang Villa Nova. Inilah yang kerap membuat Villa Nova menjadi tempat peristirahatan bagi orang-orang Belanda yang akan ke Bogor atau Batavia baik dengan menggunakan jalur sungai maupun kereta kuda.

Perlawanan Condet

Villa Nova juga menjadi saksi bisu kisah perlawanan masyarakat Betawi terhadap kolonial. Perlawanan yang terjadi pada tahun 1916 tersebut dipimpin oleh seorang jawara Betawi bernama Haji Entong Gendut. Perlawanan ini adalah bentuk keresahan masyarakat terhadap kesewenang-wenangan Belanda. Ada peraturan baru saat itu yang mengharuskan warga untuk menyerahkan harta bendanya sebagai sanksi apabila tidak membayar pajak hasil kebun kepada Belanda. 

Selama periode empat tahun tersebut ratusan petani ditangkap dan diadili, puncaknya adalah saat pengadilan menyita seluruh harta milik seorang warga bernama Pak Taba. Kehidupan Pak Taba dan keluarga yang merana setelah seluruh hartanya disita, mengundang simpati dan amarah warga lainnya. Inilah yang memicu Haji Entong Gendut untuk memimpin masyarakat melawan Belanda.

Reruntuhan Villa Nova di Condet, Jakarta Timur | Foto milik Ngopi Jakarta, diambil dari sini

Pada suatu malam, Haji Entong Gendut dan beberapa Haji lainnya beserta puluhan pemuda mendatangi Villa Nova untuk menghentikan sebuah pesta yang sedang berlangsung. Penghentian tersebut mengundang amarah penguasa yang kemudian mencap Haji Entong Gendut dan warga lainnya sebagai pemberontak.

Amarah penguasa berbuntut perintah untuk menangkap Haji Entong Gendut, namun dalam upaya penangkapannya Haji Entong Gendut tidak begitu saja menyerah. Dia bersama puluhan warga lainnya melawan sehingga terjadilah pertempuran yang hebat. Konon, Haji Entong Gendut berhasil ditangkap dan tewas dalam pertempuran tersebut. 

Selain kisah penghentian pesta oleh Haji Entong Gendut, Villa Nova juga pernah mengalami tragedi berupa kebakaran hebat di tahun 1985, sejak peristiwa tersebut tidak ada perbaikan yang dilakukan terhadap bangunan Villa Nova. Reruntuhan sisa kebakaran dibiarkan melapuk dimakan waktu. Padahal sejak tahun 1972, Villa Nova sudah ditetapkan sebagai bangunan yang dilindungi dan diperkuat lagi oleh Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 646 tahun 2016 tentang penataan dan pengembangan lahan buah condet serta Villa Nova sebagai destinasi wisata.

Jika memang sulit untuk merestorasi, semoga sisa bangunannya dapat dilindungi. Karena Villa Nova dan kawasan sekitarnya adalah aset bangsa, serta aset sejarah.

-Condet, Jakarta Timur, 5 Maret 2017-



Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

7 komentar

  1. Wah, baru tahu di Condet ada reruntuhan vila.

    Eh, itu bangunan di belakan Vila Nova apakah pemukiman warga? Sepertinya ada pakaian yang dijemur. Apa dengan demikian luas wilayah Vila Nova sekarang ini hanya benar-benar sebatas lokasi reruntuhan karena terdesak oleh pemukiman?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Villa Nova saat ini berada didalam komplek polisi, mas. Bangunan dengan latar pakaian yang dijemur itu adalah asrama polisi.

      Hapus
  2. Bangunan ini bukan Villa Nova, tapi Rumah Tanjung Timur, atau Groeneveld, atau Tandjong Oost.

    Huis Villa Nova terletak di Jatinegara, dan bentuknya berbeda sekali. Langgamnya sudah lebih terasimilasi dengan arsitektur Indies Jawa dibandingkan dengan Huis Groeneveld.

    BalasHapus
  3. Baru tahu tempat ini, kirain tadi yang di Surken Bogor ;)

    BalasHapus
  4. Salah satu tempat yang bersejarah di Jakarta Timur.

    BalasHapus
  5. Baru kepikiran tanjung barat lalu di mana tanjung timur. Ternyata di condet
    Tapi stasiunnya tanjung barat haltenya lenteng agung...

    BalasHapus
  6. Ya kan beda, Tanjung Barat itu Jakarta Selatan. Tanjung Timur itu Jakarta Timur

    BalasHapus