Museum Kebangkitan Nasional |
Jumat, 20 Mei 2016
Jam makan siang tiba, kami bergegas menuju jalan raya untuk selanjutnya pergi ke kawasan Plaza Atrium Senen dengan menggunakan Mikrolet M 01. Diantara kami berdelapan, hanya aku yang mengetahui kemana siang ini kami akan pergi. Tidak banyak waktu yang kami miliki, karena memang kami pergi di hari kerja dan hanya saat makan sianglah kami bisa sejenak pergi meninggalkan pekerjaan.
Mikrolet yang kami tumpangi berhenti tepat di depan Jalan Kwini, jalan yang berseberangan dengan Plaza Atrium dan halte Trans Jakarta Atrium Senen. Dari tempat tersebut kami berjalan menyusuri Jalan Kwini yang kanan kirinya dipenuhi oleh pedagang makanan. Sebelum tiba di tempat tujuan yang berada di ujung Jalan Kwini, aku meminta kepada teman-teman untuk berhenti sejenak dan memutuskan untuk mengakhiri rasa penasaran mereka selama beberapa hari ini tentang lokasi yang akan kami tuju.
Ya, beberapa hari yang lalu aku mendapatkan ide untuk mengajak teman-teman kantor se-unit kerja ngabur sejenak ke tempat-tempat menarik yang ada di sekitaran kantor. Namun aku merahasiakan tempat tujuan yang akan kami datangi, karena aku yakin rasa penasaran akan membuat perjalanan menjadi lebih dramatis. Keyakinan tersebut ternyata terbukti benar.
Letak kantor kami yang berada di Jalan Salemba Raya memang berdekatan dengan beberapa tempat menarik yang bisa kami kunjungi disaat jam makan siang. Seperti hari ini, hari yang bertepatan dengan peringatan 108 tahun Hari Kebangkitan Nasional aku mengajak teman-teman untuk mengunjungi Museum Kebangkitan Nasional yang terletak di ujung Jalan Kwini, atau lebih tepatnya di Jalan Abdul Rahman Saleh No. 26, Jakarta Pusat.
Museum yang dahulunya merupakan sekolah kedokteran bernama School tot Opleiding van Inlandsche Artsen atau disingkat STOVIA ini merupakan tempat berkembangnya pemikiran-pemikiran nasionalisme dikalangan kaum muda terpelajar Indonesia. Saat itu, perjuangan dengan menggunakan kekuatan pemikiran yang dituangkan dalam bentuk tulisan-tulisan, artikel ilmiah, dan pengorganisasian menjadi pola baru dalam usaha mengusir penjajah. Adalah dokter Soetomo dan kawan-kawannya yaitu M. Soeleiman, Gondo Soewarno, Goenawan Mangoenkoesoemo, R.M. Angka, M. Soeradji, Moh. Saleh, M. Soewarno dan R.M. Goembrek yang atas inspirasi dari pemikiran dokter Wahidin Soedirohoesodo kemudian mendirikan organisasi pergerakan bernama Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908.
Belajar sejarah dari poster-poster di Museum Kebangkitan Nasional |
Mengenal hari kebangkitan nasional, mengenal jati diri bangsa |
Selasar STOVIA yang masih terjaga keasliannya |
Mampir ke pameran temporer Sisi Lain Kartini |
Berusaha membaca tulisan RA. Kartini |
Museum Kebangkitan Nasional |
Keaslian bentuk fisik bangunan Museum Kebangkitan Nasional masih terjaga dengan baik, selain tentang sejarah kebangkitan nasional, di museum ini kami juga mendapatkan beragam informasi tentang sejarah pendidikan kedokteran dimasa kolonialisme. Ruang pamer yang disusun tematik memudahkan kami untuk memahami pesan-pesan serta kisah sejarah yang ingin disampaikan lewat berbagai koleksi museum berupa alat-alat kedokteran, poster, maupun diorama suasana kelas kedokteran dan asrama mahasiswa STOVIA dimasa lalu.
Selamat memperingati Hari Kebangkitan Nasional |
Hari ini adalah hari Peringatan Kebangkitan Nasional. Kami beruntung bisa berziarah dan mengenang kembali kisah awal mula hari peringatan ini ada. Semoga Tuhan memberikan tempat terbaik kepada mereka yang telah berjasa kepada bangsa, semoga tidak ada yang sia-sia dalam setiap perjuangan mereka.
Selamat memperingati Hari Kebangkitan Nasional!
Siap, nantikanlah.....
BalasHapussaya udah lama di jakarta namun belum sempat kesana. Terima kasih mas Adi buat info rujukannya. Oh ya benda bersejarah apa saja yang ada di sana ? Apakah hanya foto-fotokah?
BalasHapusOh ya salam kenal juga ya..
Lagi mikiritu dimana yaaaa ???
BalasHapusAbdul rahman salahe kayak nya sering lewat